in

Dua Jenderal Ajak Ramaikan Masjid di Tengah Maraknya Corona

Social Distacing adalah sebuah istilah yang saat ini sedang masyarakat Indonesia pakai untuk menjauh sementara dari kerumunan, agar meminimalisir tertularnya virus berbahaya corona atau COVID-19.

Hal itu pun, sesuai dari anjuran pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang melihat jumlah korban tertular COVID-19 terus bertambah dari hari ke hari.Berdasarkan laporan juru bicara penanganan bencana virus Corona, Juri Achmad Yurianto, hingga Selasa siang, 17 Maret 2020, jumlah masyarakat yang positif terinfeksi virus ini sudah mencapai 172 kasus.

Ini, berarti dalam dua hari terakhir terjadi lonjakan 55 kasus, karena pada  Minggu siang, Yurianto mengumumkan jumlah masyarakat yang positif mengidap virus corona baru mencapai 117 kasus.

Berdasarkan laporan tersebut, jumlah korban meninggal masih tetap sama, yaitu lima orang dan sembilan orang dinyatakan sembuh. Sementara itu, dari update di seluruh dunia, sampai Selasa, pukul 10.10 WIB, angka infeksi COVID-19 sudah mencapai 182.605 orang di 162 negara.

Kendati demikian, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengajak umat Islam agar tetap meramaikan dan memakmurkan masjid, meski maraknya wabah virus Corona.

Sebab, seperti dikutip Sahijab dari Instagramnya, di negeri asalnya COVID-19, China, yang menganut paham komunis dan sebagian besar tidak beragama, beramai-ramai mendatangi masjid dan belajar bersuci atau berwudu, bahkan ikut salat berjemaah.

Namun di negeri mayoritas Muslim, tulisnya, justru sebaliknya. Mereka beramai-ramai mengaungkan phobia dengan masjid. Seakan-akan masjid sebagai sumber penularan virus Corona. Hingga umat Islam pun lupa bahwa masjid adalah tempat yang paling aman untuk berlindung dari segala bencana.

“Mengapa Umat Islam tidak Menggaungkan Himbauan “Selalu” menjaga Wudhu & Sholat Berjama’ah,” tulisnya di @nurmantyo_gatot yang berjudul UNTUK KITA RENUNGKAN.

Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara, Letnan Jenderal (Purn) Edy Rahmayadi juga meminta masyarakat tidak panik menghadapi wabah Corona.Edy juga meminta warga, khususnya umat Islam tak meninggalkan masjid.“Khusus beragama Islam, jangan meninggalkan masjid, karena takut Corona.

Siapkan alas untuk tempat kita bersujud. Dengan sajadah yang kecil juga boleh yang besar juga boleh, bawa sapu tangan,” ujar Edy usai membuka kegiatan MTQ, di Yayasan Haji Anif, Deli Serdang, Minggu lalu, 15 Maret 2020.

Namun, Edy tetap meminta warga untuk menghindari kontak fisik. Mulai mengganti jabat tangan sebagai tanda salam. “Jangan mengucapkan salam dengan bersentuhan (atau) kontak bodi, cukup dari jauh saja,” tambah dia.Dia juga berpesan, agar masyarakat tidak menyebarkan informasi yang membuat orang lain cemas dengan virus Corona hingga semakin memperburuk situasi.

“Tetap jaga diri kita, keluarga kita, lingkungan kita, agar kita tetap sehat. Apabila ada flu batuk dan lainnya, gunakan masker agar rekan rekan kita tidak tertular, segera berobat,” ujar Edy.Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan penjelasan fatwa masalah ketentuan hukum beribadah dalam kondisi terjadinya wabah Corona Virus Disease atau COVID-19, yang saat ini terjadi di Indonesia.

Ketua Komisi Majelis Fatwa MUI, Hasanuddin AF mengatakan, bahwa setiap orang wajib melakukan ikhtiar menjaga kesehatan dan menjauhi setiap hal yang diyakini dapat menyebabkannya terpapar penyakit, karena hal itu merupakan bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (al-Dharuriyat al-Khams).

Kata dia, orang yang telah terpapar virus Corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri, agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Baginya, salat Jumat dapat diganti dengan salat zuhur di tempat kediaman, karena salat Jumat merupakan ibadah wajib yang melibatkan banyak orang, sehingga berpeluang terjadinya penularan virus secara massal.

Sumber: sahijab.com

What do you think?

Written by admin

Corona Mewabah, Ratusan Warga Cimahi dan Tasikmalaya Tetap Jumatan

Mantiri Pastikan 189 Jiwa Terdampak Banjir di Girian Bawah Terima Bantuan