20200402 215915 720x405 1
in

Mendulang Keuntungan Di Balik Covid-19

Ikhtisar – Negara-negara lain bagi-bagi sembako, masker gratis, menjaminkan warganya. Negara sekelas Indonesia, warga mandiri merogoh kocek kantong sendiri ngadain masker. Apa daya, masyarakat menaruh nasib di negaranya sendiri.

Awal Maret, Covid-19 melanda indonesia. Presiden Joko Widodo mengumumkan, dua orang WNI, ibu rumah tangga 64 tahun, dan putrinya 31 tahun positif terinfeksi.

Sejak gencarnya virus yang mematikan di Wuhan China, pemerintah Indonesia memanfaatkan peluang impor bahan sembako, gula, garam, gandum, bawang putih dan berbagai komoditi lainnya.

Alasan di atas diperkuat Menteri Perdagangan Agus Suparmanto per bulan Maret 2020 menyatakan telah menerbitkan izin impor bawang putih sebanyak 25 ribu ton dan gula kristal mentah (GKM) sebanyak 438,8 ribu ton dengan alasan sebagai langkah antisipasi untuk mencukupi pasokan hingga menjelang bulan puasa dan Lebaran 2020.

Selain itu, Pemerintah Indonesia tetap membuka kunjungan wisata ke Indonesia sebagai sorga untuk berlibur bebas dari virus Corona. Menjadikan Indonesia sebagai tempat di dunia yang paling aman bagi orang sehat untuk berinteraksi. Indonesia juga menyediakan ramuan tradisional berasal dari rempah-rempah untuk imunitas dari serangan Covid-19. Selain itu membentuk satgas menjaga sterilisasi kawasan wisata bebas dari berbagai virus.

Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) di Jenewa, menghimbau, agar Indonesia menutup akses penerbangan ke Wuhan China. Indonesia berkelit, kebal dari virus yang ganas, dan mematikan.

Adanya Covid-19, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, menerapkan negaranya di lockdown, walau terkesan lamban. Indonesia, tidak berani mengambil resiko, dan menerapkan sosial distancing, serta rapit test (tes kesehatan massal). Indonesia tak siap, alkes tak memadai.

Minimnya Alkes di berbagai daerah, termasuk cek laboratorium pasien yang di duga terpapar, hasilnya menunggu dari Jakarta. Selain minimnya peralatan, Indonesia tak bersatu. Nasionalisme digadaikan, masker, hand sanitizer menjadi lahan pemodal nakal. Pasalnya, makser sebelumnya di harga Rp. 35.000, kini dibandrol Rp.600.000. Hand Sanitizeer dijual meroket, Rp. 70.000 dari harga normal Rp.13.000.

Darurat kesehatan, rakyat Indonesiaa dicekik dengan dalih minim stok masker. Tak hanya minim alkes, kaum buruh, UKM Makro dan Mikro dikorbankan. Okelah, demi memutus mata rantai penyebaran virus, rakyat dipaksa bersama Pemerintah melawan virus Corona.

Di tengah-tengah minimnya nasionalisme. Dokter Tirta Hudhi, relawan penanggulangan cepat Covid-19 yang diduga berstatus PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Dokter alumin Universitas Gajamada, itu terjun langsung ke rumah sakit, dan ikut membantu pemerintah mengedukasi masyarakat.

Kelangkaan Alat Perlindung Diri (APD) penanggulangan covid-19 di sejumlah daerah menjadi momok bagi Rumah Sakit yang ditunjuk sebagai RS rujukan isolasi pasien yang terpapar covid-19. RS Swasta insiatif mendonasikan diri siap membantu pemerintah menerima pasien di isolasi, mengalami kekurangan sarung tangan, disposable, cover all jumpsuit, gaun disinfektan, dan shoes cover.

Belum lama, kejadian yang memiriskan nurani kesehatan kita, sebut saja kasus Pasien Positif Covid-19 dijemput Petugas Medis di Maluku Utara menggunakan APD dari jas hujan yang kira-kira harganya Rp. 12.000. Kondisi ini makin memperburuk situasi percepatan penanggulangan terhadap covid-19 di Indonesia. Mari, mari kita geleng-geleng kepala.

Sumber: detikindonesia.co

What do you think?

Written by admin

GDFGDFGF 653x405 1

Hebat! Perempuan Cantik Ini Memberikan Gaji 100 % Ke Masyarakat Kota Manado

20200402 232515 698x405 1

Derita Indonesia Ku